Wednesday, May 28, 2025

Declare And Display Christ Together

Tahun 2025 adalah Tahun Penuaian - The Year of Harvest.

Visi dari pada Gereja Kita adalah Tahun 2033 Setiap orang (everyone) akan mendapat kesempatan untuk berjumpa secara autentik dengan Tuhan Yesus melalui kuasa dan hadirat Roh Kudus.

untuk mencapai target maka setiap kita harus siap untuk menjadi saksi. untuk mencapai target tersebut maka kita harus Menyatakan/memberitakan dan Menampilkan Kristus.

Declare and Display Christ.

Declare Christ atau mendeklarasikan/memberitakan Tuhan Yesus adalah aspek utama dari iman Kristen dengan cara memberitakan: siapa pribadi Yesus Kristus, kasih-Nya, anugerah-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada seluruh umat manusia (everyone).

Display Christ atau menampilkan Kristus, artinya mewujudkan sifat-sifat-Nya, karakter-Nya dan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari lewat gaya hidup kita. Menjadi garam dan terang, hidup yang berprestasi, hidup yang berbuah, hidup yang menjadi berkat. Dengan cara ini, maka kita akan disebut murid Kristus dan mereka yang melihat kita akan memuliakan Bapa yang di surga.

Sering kali setiap kita terjebak hanya pada satu sisi: hanya menampilkan hidup Kristen yang baik tanpa pernah memberitakan Injil, atau hanya memberitakan Injil tanpa menunjukkan kasih dan karakter Kristus. Tapi panggilan kita adalah melakukan keduanya mendeklarasikan/memberitakan dan menampilkan kristus bersama-sama.

Kita akan merenungkan dari kedua kata ini "Declare and Display Christ"  di tambahkan dengan kata "Together"


1. DECLARE – Menyatakan/Memberitakan Injil dengan Mulut Kita

Ayat: Roma 10:14 (TB) "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?"

Berseru kepada Tuhan adalah tanda iman dan pengharapan yang dimana menunjukan pengakuan akan kebutuhan kita dan keyakinan akan kuasa-Nya.  Iman tidak bisa muncul secara otomatis, perlu ada dasar pengenalan akan Kristus

Pengenalan akan Kristus tidak datang dengan sendiri, Roma 10:17 “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus”.

Tuhan memilih kita untuk menjalankan perintah yaitu memberitakan Kristus,  ingat Amanat Agung Matius  28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” 

Penjelasan:

  • Injil harus dinyatakan, bukan hanya disembunyikan, 
  • Tuhan memakai mulut kita untuk menjangkau mereka yang belum mengenal-Nya. 
  • Memberitakan/menyatakan Injil bukan hanya tugas penginjil, tapi semua orang percaya.

Berikut contoh praktis:

  • Berani menceritakan kesaksian pribadi.
  • Mengajak orang untuk mengenal Yesus melalui percakapan yang penuh kasih.


2. DISPLAY – Menampilkan Kristus Melalui Hidup Kita

Ayat: Matius 5:16 (TB) "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kita sebagai orang percaya Kristus, harus menampilkan gaya hidup seperti Kristus, 1 Yohanes 2:6 mengatakan bahwa barangsiapa mengaku bahwa ia ada di dalam Kristus, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. dari ayat ini jelas bahwa jika seseorang mengaku mengenal Tuhan, ia harus meneladani kehidupan Kristus, yang dicirikan oleh kasih, ketaatan, dan kesucian. 

Penjelasan:

  • Hidup kita adalah cermin Kristus. Dunia melihat Kristus pertama kali melalui tindakan kita.
  • Menampilkan Kristus berarti hidup dalam kasih, kesabaran, kebenaran, integritas, dan kuasa Roh Kudus.
  • Terang harus dilihat—jadi hidup Kristen bukan disembunyikan, melainkan dinyatakan melalui perbuatan sehari-hari.

Demikian juga dalam 2 Korintus 3:3”Sebab, telah ternyata bahwa kamulah surat Kristus, yang di tulis oleh pelayanan kami, di tulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan  pada loh-loh daging, yaitu dalam hati manusia.” di ayat ini sangat jelas bahwa kita adalah surat Kristus, yang nama nya surat kita akan di baca oleh setiap orang, oleh karena nya hidup kita harus sesuai dengan Firman Tuhan yaitu Kristus sendiri. 

Contoh praktis:

  • Memperlihatkan kasih kepada sesama di tempat kerja atau sekolah.
  • Memberi pertolongan tanpa pamrih kepada mereka yang membutuhkan.

3. KETIKA DISPLAY dan DECLARE BERJALAN BERSAMA

Ayat: 1 Petrus 3:15-16 (TB) "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi harus dengan lemah lembut dan hormat..."

Yakobus 2:17 "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati".

Penjelasan:

  • Dunia akan bertanya saat mereka melihat ada pengharapan dalam hidup kita.
  • Kesaksian hidup membuka pintu bagi kesaksian lisan.
  • Kombinasi tindakan dan perkataan menghadirkan kesaksian yang kuat.


Seperti uang koin yang punya dua sisi, kesaksian Kristen yang efektif harus memiliki display dan declare. Jika hanya satu sisi, maka tidak lengkap.

Aplikasi:

  • Evaluasi hidup kita: apakah terang kita bersinar? Apakah mulut kita bersaksi?
  • Minta Roh Kudus menolong kita hidup autentik dan bersaksi dengan kasih.
  • Evaluasi hidup kita: apakah terang kita bersinar? Apakah mulut kita bersaksi?
  • Minta Roh Kudus menolong kita hidup autentik dan bersaksi dengan kasih.





Pdm. Yesaya Cahyadi

* Di kutip dari beberapa sumber


    

Thursday, May 22, 2025

Kasih Yang Memulihkan

"Kasih Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga memulihkan."

Dalam hidup ini, kita semua pernah mengalami kegagalan, luka batin, atau bahkan dosa yang membuat kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, kasih Allah tidak berhenti pada pengampunan saja. Dia memulihkan identitas kita, memperbarui tujuan kita, dan mengangkat kita kembali untuk berjalan bersama-Nya.

Salah satu contoh paling menyentuh adalah kisah Petrus. Setelah menyangkal Yesus tiga kali, ia mungkin merasa hancur, malu, dan tidak layak lagi menjadi murid. Namun, Yesus yang bangkit tidak menegur Petrus dengan kemarahan, melainkan bertanya dengan lembut:

 “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”
(Yohanes 21:15)

Pertanyaan ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk memulihkan. Tiga kali Yesus bertanya, sebanding dengan tiga kali Petrus menyangkal. Dan setiap kali Petrus menjawab, Yesus memberinya kembali tugas: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kasih Yesus memulihkan rasa bersalah Petrus, dan memulihkan panggilannya sebagai pemimpin.

Kasih Tuhan tidak melihat kita berdasarkan kegagalan kita, tetapi berdasarkan potensi kita di dalam-Nya. Ketika kita datang kepada-Nya dengan hati hancur, Dia tidak menolak, melainkan menyambut dan menyembuhkan.

“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”
(Mazmur 147:3)

Tidak ada luka yang terlalu dalam, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak bisa dipulihkan oleh kasih-Nya.

Bagaimana dengan Anda ?

Apakah ada luka atau rasa bersalah yang masih mengikat hatimu?

Sudahkah kamu membuka hati untuk kasih Tuhan yang memulihkan, bukan hanya mengampuni?





* di kutip dari beberapa sumber
Pdm. Yesaya Cahyadi


Monday, May 19, 2025

Apakah Engkau Mengasihi Aku


YOHANES 21:15-19
15   Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.“   16  Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
17   Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
18   Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
19  Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Yesus menyebut Petrus sebagai "Simon, anak Yohanes", bukan "Petrus", seolah mengingatkan akan jati dirinya sebelum dipanggil menjadi murid.

Yesus bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”, dengan menggunakan kata kerja Yunani "agapaō" (kasih ilahi) dan kemudian "phileō" (kasih persahabatan). Ini menunjukkan kedalaman dan kejujuran kasih Petrus yang diuji.

Petrus sedih karena Yesus bertanya sampai tiga kali, namun ia mengakui bahwa Yesus tahu segalanya.

Di ayat ini juga Yesus tidak hanya memulihkan Petrus, tetapi juga menugaskannya kembali sebagai pemimpin rohani: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Ini menunjukkan bahwa pelayanan lahir dari kasih kepada Kristus.

Di jaman ini ada  tiga jenis orang Kristen yang perlu digembalakan:
• Kristen baru percaya (butuh susu rohani).
• Kristen dewasa (butuh makanan keras).
• Kristen lama tapi belum dewasa (Kristen anak-anak, duniawi).

1. Kasih kepada Tuhan adalah hal yang paling utama.

• Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali: “Apakah engkau mengasihi Aku?”
• Kasih menjadi dasar utama kehidupan orang percaya.
• Kasih kepada Tuhan harus menjadi motivasi utama dalam melayani.
Aplikasi: Tanpa kasih kepada Tuhan, pelayanan menjadi rutinitas, bukan panggilan.

2. Kasih kepada Tuhan melahirkan panggilan untuk menggembalakan.

“Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Yesus tidak hanya memulihkan Petrus, tapi juga mempercayakan jiwa-jiwa kepadanya.
Mengasihi Tuhan akan membuat kita peduli dan bertanggung jawab atas jiwa-jiwa.

3. Kasih kepada Tuhan membuat kita taat kepada kehendak-Nya

“...jika engkau sudah menjadi tua... orang lain akan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”
Yesus menyatakan bahwa kasih sejati akan membawa Petrus ke jalan pengorbanan dan ketaatan, bahkan sampai mati.
Refleksi: Apakah kita masih mau taat jika kehendak Tuhan berbeda dengan keinginan kita?

4. Kasih kepada Tuhan adalah motivasi untuk mengikuti Dia.

“Ikutlah Aku.”
Kasih bukan hanya membuat kita melayani, tetapi juga mengikuti Dia dalam gaya hidup, pengorbanan, dan ketaatan.

Penutup:
Yesus tidak mencari hamba yang paling kuat atau pintar, tetapi pribadi yang mengasihi-Nya dengan tulus.

Ringkasan Khotbah.
Pdt. David Natanael, Minggu 11 Mei 2025

    

Sunday, May 4, 2025

Goncangan yang Membuka Pintu Mujizat

 

Shalom, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan.

Setiap kita pasti pernah menghadapi yang namanya masa-masa sulit contohnya kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, sakit penyakit, tekanan ekonomi, atau bahkan  dalam pelayanan. 

masa-masa sulit ini saya analogikan sebagai Goncangan dalam kehidupan kita. 

Ada 2 type Goncangan.

1. Goncangan karena rencana Tuhan. 

Contoh : 

a. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya (Kejadian 37–50) Yusuf mengalami goncangan besar—dikhianati oleh saudara kandung, dijual sebagai budak, difitnah oleh istri Potifar, dan dipenjara. Tapi semua itu adalah bagian dari rencana Tuhan untuk memposisikannya sebagai pemimpin di Mesir yang menyelamatkan banyak orang dari kelaparan.

Pelajaran: Goncangan tidak selalu berarti kegagalan, melainkan penataan ulang menuju maksud ilahi.

b. Ayub kehilangan segalanya (Ayub 1–2). Ayub mengalami goncangan total: kehilangan harta, anak-anak, kesehatan. Namun di akhir kisah, Tuhan memulihkan semuanya dua kali lipat dan memperlihatkan bahwa penderitaan Ayub membawa pengenalan akan Tuhan yang lebih dalam.

Pelajaran: Goncangan bisa jadi alat Tuhan untuk membentuk iman dan karakter yang lebih murni.

c. Pindah pekerjaan atau gagal dalam usaha. Seseorang mungkin kehilangan pekerjaan atau mengalami kegagalan usaha. Tapi di balik itu, Tuhan bisa memakai momen itu untuk membuka jalan karier baru yang lebih sesuai dengan panggilan hidupnya. 

Pelajaran: Goncangan kadang diperlukan agar kita berpaling dan mengikuti jalan Tuhan, bukan hanya kenyamanan kita.

2. Goncangan yang karena salah sendiri.

a. Daud berdosa dengan Batsyeba (2 Samuel 11–12) Raja Daud melakukan dosa besar—berzinah dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria. Akibatnya, Daud mengalami goncangan besar dalam keluarganya: anaknya mati, dan kekacauan melanda rumah tangganya.

Pelajaran: Meskipun goncangan ini akibat dosa, Tuhan tetap memberi pengampunan dan menjadikan Daud pribadi yang lebih rendah hati dan dekat dengan-Nya.

b. Yunus lari dari panggilan Tuhan (Yunus 1–2) Yunus memilih melarikan diri dari perintah Tuhan. Ia mengalami badai besar dan dilempar ke laut, lalu ditelan ikan besar. Goncangan ini menyadarkannya untuk kembali taat.

Pelajaran: Kesalahan bisa membawa badai, tapi Tuhan tetap menyediakan jalan pemulihan jika kita bertobat.

c. Hutang atau krisis finansial karena keputusan yang salah.

Seseorang bisa mengalami krisis karena boros, berutang, atau salah investasi. Tapi bila ia bertobat dan belajar bijak, Tuhan bisa memulihkan keuangannya dan memakainya untuk memberkati orang lain.

Pelajaran: Goncangan karena kesalahan bisa menjadi sekolah kehidupan yang membentuk hikmat.

Namun, saya ingin kita melihat goncangan ini dari perspektif yang berbeda hari ini.

Goncangan sering kali merupakan tanda bahwa Tuhan sedang bekerja. Ia tidak sedang menghancurkan kita — Ia sedang menyiapkan kita untuk suatu terobosan. Ingat ini baik-baik: goncangan adalah jalan masuk bagi mujizat Allah!

Firman Tuhan berkata dalam Hagai 2:6–7:

“Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi, maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat… dan Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemuliaan.”

Tuhan menggoncangkan, bukan untuk membuat kita hancur — tetapi supaya kemuliaan-Nya nyata.

1. Goncangan membuka mata rohani kita.

Saat semuanya berjalan lancar, kita mudah mengandalkan kekuatan sendiri. Tapi saat goncangan terjadi, barulah kita tersadar: “Tuhan, tanpa Engkau aku tidak bisa apa-apa.”

Contoh: Dalam Kisah Para Rasul 16, Paulus dan Silas dipenjara karena melayani Tuhan. Mereka disiksa, dirantai, dan dilempar ke ruang penjara paling dalam. Goncangan secara harfiah dan rohani menimpa mereka. Tetapi, apa yang mereka lakukan?

“Kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah…” (ayat 25)

Di tengah goncangan, mereka menyembah. Dan tiba-tiba — terjadi gempa bumi! Rantai terlepas. Pintu terbuka. Mujizat terjadi.

Tuhan izinkan goncangan untuk membuka mata rohani kita agar kita melihat: hanya Tuhan yang sanggup melepaskan kita.

2. Goncangan membuka pintu yang telah lama tertutup.

Ada pintu-pintu berkat, pelayanan, dan pemulihan yang sudah tertutup lama dalam hidup kita. Tapi ketika goncangan terjadi, hal-hal yang selama ini mustahil mulai terbuka.

Ilustrasi: Seperti tanah yang kering dan keras — tidak bisa ditanami. Tapi begitu digoncang dan dibajak, barulah benih bisa ditanam dan berbuah.

Contoh Alkitab: Bangsa Israel di Mesir.

Selama ratusan tahun, mereka hidup sebagai budak. Tetapi ketika Tuhan mulai menggoncangkan Mesir dengan tulah-tulah-Nya — pintu kebebasan terbuka. Mereka keluar sebagai bangsa merdeka, diberkati dengan emas dan perak (Keluaran 12:35–36).

Goncangan adalah alat Tuhan untuk membuka jalan yang mustahil!

3. Goncangan mempersiapkan kita untuk kemuliaan yang lebih besar.

Tuhan tidak pernah menggoncang tanpa tujuan. Setiap goncangan adalah bagian dari proses pemurnian  seperti emas yang dimurnikan dalam api.

“Dan Aku akan memenuhi rumah ini dengan kemuliaan.” (Hagai 2:7)

Mungkin rumah tangga kita sedang digoncang. Keuangan kita sedang goyah. Tapi jangan menyerah. Tuhan sedang menata ulang segalanya — untuk menaruh kemuliaan-Nya di situ.

Goncangan bisa membuat kita merasa kehilangan kendali — tapi justru saat itu Tuhan sedang mengambil alih.


Kesimpulan.

Bapak, Ibu, Saudara, mungkin saat ini Anda sedang mengalami goncangan yang Anda tidak mengerti. Tapi percayalah  Tuhan tahu. Dia izinkan itu karena Dia ingin membuka pintu-pintu yang sudah lama tertutup. Dia ingin menunjukkan kuasa-Nya yang ajaib.

Apa yang harus kita lakukan saat goncangan datang?

1. Jangan panik — tetap percaya.

2. Jangan diam — tetap menyembah.

3. Jangan lari — tetap tinggal dalam hadirat Tuhan.

Tetap lah percaya kepada Tuhan, karena itu adalah pekerjaan yang di kehendaki Tuhan.
"  Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6; 29).

*Disadur dari berbagai sumber oleh Pdm. Cahyadi
Tangerang, 5 Mei 2025
    

Monday, April 28, 2025

HIDUP BARU DALAM KEBANGKITAN KRISTUS


Roma 6:3-4 (TB)  Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.  

Roma 6:5 (TB)  Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

Keluaran 12:1-3 (TB)

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: 2 "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.  3  Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga.

Dari Ayat-ayat Alkitab yang barusan kita baca bersama menunjukkan sebuah tema penting tentang permulaan baru yang diwujudkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.  Peristiwa Paskah dalam Perjanjian Lama (PL) dan Paskah dalam Perjanjian Baru (PB) menggambarkan perubahan status yang dramatis.

 Analogi Paskah PL dan PB:

 - Paskah PL: Menandai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.  Anak domba Paskah dikorbankan, menandai peralihan dari status budak menjadi status merdeka.  Keluaran 12:1-3 menegaskan bulan Paskah sebagai "permulaan segala bulan," menandakan sebuah awal yang baru.

- Paskah PB:  Mewakili pembebasan umat manusia dari perbudakan dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus.  Kematian Yesus di kayu salib adalah pengorbanan yang membebaskan kita dari hukuman dosa, sementara kebangkitannya menandai peralihan dari status berdosa menjadi status benar di hadapan Allah.  Roma 6:3-5 menggambarkan baptisan sebagai simbol penguburan bersama Kristus dalam kematian dan kebangkitannya menuju hidup baru.  Hari Minggu, hari kebangkitan Yesus, menjadi simbol awal minggu baru, era baru dalam hubungan kita dengan Allah.

Makna Kebangkitan dan Kematian Yesus:

Kematian dan kebangkitan Yesus menandai titik balik yang signifikan, menandai transisi dari hukum Taurat ke hukum kasih karunia.  Hukum Taurat menekankan kepatuhan terhadap aturan-aturan, sementara kasih karunia Allah diberikan secara cuma-cuma melalui iman kepada Yesus Kristus.

Hidup dalam Hidup yang Baru:

Memahami kematian dan kebangkitan Yesus sebagai awal yang baru memiliki implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya:

 

- Pengorbanan:  Bersedia mengorbankan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus, menempatkan Dia di atas segalanya.

- Ketahanan: Siap menghadapi ujian dan cobaan iman, karena perjalanan iman tidak selalu mudah.

- Kesetiaan:  Kesetiaan kepada Kristus harus diutamakan di atas segalanya.

- Persekutuan: Membangun persekutuan yang kuat, di mana terdapat kesatuan hati, pikiran, kasih, dan jiwa.

- Ketaatan:  Mengedepankan Firman Tuhan dalam segala situasi, menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup.

 

Kesimpulannya, kematian dan kebangkitan Yesus bukanlah hanya peristiwa sejarah, tetapi juga titik awal bagi kehidupan baru yang dipenuhi dengan pembebasan, pengampunan, dan transformasi.  Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam realitas hidup baru ini, mencerminkan perubahan status kita dari budak dosa menjadi anak-anak Allah yang merdeka.


*Ringkasan Khotbat Gembala Pdt. David Natanael, Minggu, 27 April 2025