Monday, November 18, 2024

Waktunya Berbuah

Waktunya Berbuah

Yohanes 15:16 (TB)  Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

Roma 7:4 (TB)  Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. 

Filipi 1:21-22 (TB)  Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

Bagaimana caranya supaya berbuah ?

1. Tinggal Di Dalam Kristus

Yohanes 15:4-7 (TB)  Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.  Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.  Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

5x  kalimat “Tinggal di dalam Aku “ pada Yohanes 15:1-8

Ini merupakan kunci penting

TINGGAL DI DALAM AKU, AKU DI DALAM KAMU

TINGGAL DALAM AKU, AKU DI DALAM DIA

TINGGAL DI DALAM KU DAN FIRMANKU TINGGAL DI DALAM KAMU

Artinya :

Melekat dengan Kristus, terhubung selalu dengan Tuhan melalui doa, pujian dan penyembahan serta Firman Tuhan. 

2. Dibersihkan Supaya Berbuah Lebih Banyak

Yohanes 15:2-3 (TB)  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

POHON DIBERSIHKAN DARI DAUN-DAUN YANG LAYU 

CABANG YANG TIDAK PRODUKTIF DIBERSIHKAN.

DAUN-DAUN YANG TERLALU RIMBUN, DIPANGKAS.

CARA TUHAN MEMBERSIHKAN SUPAYA KITA BERBUAH LEBIH BANYAK LAGI

  • FIRMAN TUHAN

2 Timotius 3:16-17 (TB)  Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. 

  • DIDIKAN DARI TUHAN 

Ibrani 12:11 (TB)  Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

  • PROSES YANG TUHAN IJINKAN TERJADI

Roma 8:28-29 (TB)  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 

3. Tertanam Dalam Komunitas yang Benar

Mazmur 92:12-15 (TB)  Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,. 

Tertanam di Bait Allah 

Mazmur 1:1-3 (TB)  Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Untuk berbuah maka ada 3 hal yang harus kita lakukan :

1 .TINGGAL DI DALAM KRISTUS

2. SIAP DIBERSIHKAN

3. TERTANAM DALAM KOMUNITAS ROHANI

Dengan berbuah maka kita sedang mempermuliakan Bapa kita di Sorga.

Yohanes 15:8 (TB)  

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."


Tuhan Yesus memberkati


Pdt. David Nanatanel

Ringkasan Khotbah, 17 November 2024

    

Sunday, November 3, 2024

Karena Cinta


Shalom, 

Hari ini kita akan merenungkan Cinta Tuhan Yesus yang tak terhingga kepada kita. Cinta-Nya yang begitu besar, begitu dalam, dan begitu nyata, tercurah bagi kita semua tanpa syarat.

Seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 4:19, "Kita mengasihi, karena Ia lebih dahulu mengasihi kita."  Kasih / Cinta Tuhan Yesus bukanlah Cinta yang dipaksakan, melainkan Cinta yang diberikan secara sukarela, Cinta yang tak berbatas, dan Cinta yang tak pernah padam.

Cinta Tuhan Yesus terlihat jelas dalam setiap tindakan-Nya. Ia rela meninggalkan kemuliaan-Nya di surga, turun ke bumi, menjadi manusia, dan menanggung dosa-dosa kita di kayu salib.  Ia rela mati demi kita, agar kita dapat hidup kembali dalam kasih karunia-Nya.  Seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Sebagai respon atas Cinta-Nya yang begitu besar, sewajar nyalah kita pun mencintai-Nya dengan sepenuh hati.  

Mencintai dengan sepenuh hati berarti:

  1. Menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. Artinya Tuhan Yesus lah yang menjadi pusat dari segala sesuatu di dalam kehidupan kita.  Seperti yang dikatakan dalam Matius 22:37, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."

  1. Mematuhi perintah-perintah-Nya.  Mematuhi perintah-Nya berarti menjadikan Firman-Nya sebagai pedoman hidup kita.  Seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:15, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-perintah-Ku."

  2. Menjalankan kehendak-Nya.  Berarti Menyerahkan segala rencana dan keinginan kita kepada-Nya.  Seperti yang tertulis dalam Roma 12:2, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membuktikan sendiri apa kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna."

Saudara saudari, mencintai Tuhan dengan sepenuh hati tidak selalu mudah.  Kita akan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan dalam hidup.  Mungkin kita akan dihadapkan pada kesedihan, kekecewaan, atau bahkan penderitaan.  Namun,  kita perlu selalu ingat karena Cinta-Nya kepada kita Dia rela menderita bahkan rela menyerahkan nyawaNya, maka itu akan menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup yang kita hadapi.

Seperti yang tertulis dalam Roma 8:28 (TB)  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Kasih Tuhan Yesus akan menjadi kekuatan kita untuk menghadapi segala keadaan.  Ia akan memberikan kita penghiburan, kekuatan, dan harapan.  Ia akan menuntun kita melewati setiap badai kehidupan.

Saudara-saudara ku di dalam Tuhan Yesus, marilah kita terus mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.  Marilah kita terus berjalan dalam kasih-Nya, dan siap menghadapi segala keadaan dengan penuh keyakinan bahwa Ia akan selalu menyertai kita.

Amin.


Tangerang, 4 November 2024

Pdm. Yesaya Cahyadi

    

Friday, November 1, 2024

Maranatha


1 Korintus 16:22 (TB)  Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata

Wahyu 22:20 (TB)  Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus! 

Hari ini kita merenungkan sebuah kata yang penuh makna dan harapan, sebuah kata yang menggema di hati setiap orang percaya: Maranatha. Kata ini, yang berasal dari bahasa Aram, berarti "Datanglah, Tuhan!". Sebuah seruan yang penuh kerinduan, sebuah doa yang penuh harap, sebuah keyakinan yang tak tergoyahkan.

Maranatha bukanlah sekadar kata, tetapi sebuah pernyataan iman. Sebuah pernyataan bahwa kita percaya akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kalinya. Percaya seperti seorang anak kecil yang menantikan kedatangan ayahnya dari perjalanan jauh, penuh dengan kegembiraan dan harapan. Kita percaya bahwa Dia akan kembali untuk menjemput umat-Nya, untuk mendirikan kerajaan-Nya yang kekal, untuk menghapus segala air mata dan kesedihan, untuk membawa kedamaian dan kegembiraan abadi.

Maranatha adalah sebuah seruan yang penuh kerinduan. Kerinduan akan kedatangan Tuhan, kerinduan akan keselamatan, kerinduan akan dunia baru yang penuh dengan kasih dan kebenaran. Kita rindu akan hari ketika segala sesuatu akan diperbaharui, ketika kejahatan akan dikalahkan, ketika kasih dan kebenaran akan menang. Seperti seorang petani yang menantikan musim panen, kita menantikan hari ketika buah-buah dari kerja keras dan pengorbanan kita akan dipetik, ketika kita akan menikmati hasil dari iman dan kesetiaan kita.

Maranatha juga sebuah doa. Doa yang kita panjatkan setiap hari, doa yang kita ucapkan dalam hati kita, doa yang kita nyanyikan dalam pujian kita. Kita berdoa agar Tuhan Yesus segera datang, agar kerajaan-Nya segera ditegakkan, agar dunia ini segera dipenuhi dengan kasih dan damai-Nya. Seperti seorang anak yang merindukan pelukan ibunya, kita merindukan pelukan Tuhan, kita merindukan kehadiran-Nya yang penuh kasih dan penghiburan.

Maranatha bukanlah kata yang pasif. Ini adalah kata yang aktif, kata yang memanggil kita untuk bertindak. Kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan, untuk hidup dalam kesucian, untuk hidup dalam kasih, untuk hidup dalam pelayanan, untuk mempersiapkan diri untuk kedatangan Tuhan.

Kita dipanggil untuk menjadi terang di dunia ini, untuk menjadi garam dunia ini, untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia yang gelap. Kita dipanggil untuk membawa kabar baik, untuk menebarkan kasih, untuk membangun kerajaan Allah di bumi ini. Seperti seorang guru yang mendidik murid-muridnya, kita dipanggil untuk menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita, untuk menunjukkan kasih dan kebenaran Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Maranatha bukanlah kata yang hanya untuk masa depan. Ini adalah kata yang relevan untuk hari ini. Ini adalah kata yang mengingatkan kita untuk hidup dengan penuh makna, untuk hidup dengan penuh tujuan, untuk hidup dengan penuh harapan. Seperti seorang atlet yang berlatih dengan tekun untuk meraih kemenangan, kita dipanggil untuk mempersiapkan diri untuk bertemu Tuhan dengan hati yang bersih dan hidup yang kudus.

Marilah kita hidup dalam pengharapan akan kedatangan Tuhan. Marilah kita hidup dalam kesucian, dalam kasih, dan dalam pelayanan. Marilah kita menjadi terang dunia dan garam bumi. Marilah kita berseru dengan penuh kerinduan: Maranatha! Datanglah, Tuhan!

Amin.

Pademangan, 1 November 2024

Pdm. Yesaya Cahyadi 


    

Friday, October 25, 2024

Iman yang menyelamatkan


Shalom,

Jika kita baca Kitab Roma 4, kitab ini membahas tentang pemanggilan Abraham dan bagaimana imannya diperhitungkan sebagai kebenaran di hadapan Allah. Paulus menggunakan kisah Abraham sebagai contoh untuk menjelaskan bahwa panggilan Allah tidak berdasarkan perbuatan baik, tetapi berdasarkan iman.

Kitab Roma 4 ini juga merupakan bagian penting dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma, karena ini merupakan doktrin utama dalam Kekristenan, yaitu pemanggilan Allah dan pembenaran oleh iman. Yaitu Iman kepada Kristus yaitu Allah sendiri.

Kita bisa lihat beberapa Contoh tentang Abraham melalui Ayat ini.

- Abraham diperhitungkan benar karena imannya: Paulus mengutip Kejadian 15:6, di mana Allah menyatakan kepada Abraham, "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Roma 4:3)  Ini menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan oleh Allah bukan karena perbuatan baiknya, tetapi karena imannya kepada Allah. 

- Abraham percaya kepada janji Allah:  Abraham percaya kepada janji Allah bahwa ia akan memiliki keturunan yang banyak, meskipun ia sudah tua dan istrinya mandul.  Imannya kepada janji Allah inilah yang diperhitungkan sebagai kebenaran di hadapan Allah. 

- Pembenaran Abraham bukan karena sunat:  Paulus menekankan bahwa Abraham dibenarkan sebelum ia disunat (Roma 4:10-11). Hal ini menunjukkan bahwa pembenaran bukan berdasarkan perbuatan ritual, seperti sunat, tetapi berdasarkan iman kepada Allah.

Dari semua pembahasan ini bagaimana kita menerapkan dalam kehidupan kita ?

- Beriman kepada Allah:  Kita harus percaya kepada Allah dan janji-Nya, seperti Abraham yang percaya kepada janji Allah tentang keturunannya.  Iman kita kepada Allah akan diperhitungkan sebagai kebenaran di hadapan-Nya. 

- Hidup dalam iman:  Pembenaran melalui iman bukan hanya tentang menerima keselamatan, tetapi juga tentang hidup dalam iman kepada Allah.  Seperti Abraham yang hidup dalam iman kepada Allah, kita juga harus menjalankan hidup kita sesuai dengan iman kita.

- Menerima kasih karunia Allah:  Kisah Abraham menunjukkan bahwa kita tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan keselamatan (Roma 4:4-5). Karena Keselamatan adalah kasih karunia Allah yang kita terima melalui iman kita kepada Kristus.


Pademangan, 25 Oktober 2024

Pdm. Yesaya Cahyadi

    

Friday, October 18, 2024

Jangan Menghakimi



Shalom.

Mari kita merenungkan pesan penting yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 7:1-5, ayat ini adalah sebuah ajakan untuk merenungkan sikap kita terhadap sesama. Ayat-ayat ini mengingatkan kita tentang bahaya menghakimi dan pentingnya melihat kesalahan diri sendiri sebelum mengkritik orang lain.
 
"Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1). Kata-kata ini mungkin terasa sederhana, namun maknanya begitu dalam. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali terjebak dalam kebiasaan menghakimi orang lain berdasarkan penampilan, perilaku, atau bahkan keyakinan mereka. Kita lupa bahwa kita semua adalah manusia yang tidak sempurna, dan kita semua membutuhkan kasih karunia Tuhan.
 
"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi; dan dengan takaran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:2). Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan akan memperlakukan kita dengan cara yang sama seperti kita memperlakukan orang lain. Jika kita bersikap kritis dan menghakimi terhadap sesama, kita juga akan menerima perlakuan yang sama dari Tuhan. Kita harus berusaha untuk bersikap baik dan penuh kasih kepada semua orang, terlepas dari kekurangan mereka.
 
"Mengapakah engkau melihat selumbar yang ada di mata saudaramu, sedang balok yang ada di dalam matamu sendiri tidak kauperhatikan?" (Matius 7:3-4). Yesus dengan gamblang mengingatkan kita untuk melihat kesalahan diri sendiri sebelum mengkritik orang lain. Kita seringkali terlalu fokus pada kekurangan orang lain, sementara kita mengabaikan kesalahan dan kekurangan kita sendiri. Kita harus berusaha untuk jujur terhadap diri sendiri dan mengakui kesalahan kita, sebelum mengkritik orang lain.
 
"Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu: 'Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,' padahal balok ada di dalam matamu sendiri?" (Matius 7:4). Ayat ini menekankan betapa tidak masuk akalnya mengkritik orang lain atas kesalahan kecil, sementara kita sendiri memiliki kesalahan yang jauh lebih besar. Kita harus berusaha untuk bersikap rendah hati dan mengakui bahwa kita semua memiliki kekurangan.
 
Firman yang baru kita baca biarlah menjadi perenungan kita agar kita berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, dengan tidak menghakimi orang lain, tetapi dengan menunjukkan kasih dan belas kasihan. Marilah kita ingat bahwa kita semua adalah anak-anak Tuhan, dan kita harus saling mengasihi dan mendukung satu sama lain. Marilah kita berusaha untuk melihat balok di mata sendiri sebelum mengkritik selumbar di mata orang lain.
 
Amin.

Pademangan, 19 Oktober 2024
Pdm. Yesaya Cahyadi